"Saat diri kita merasa lemah dibandingkan orang lain, cobalah melihat `kebawah', maka kita akan merasa bersyukur, karena masih banyak orang lain yang hidup dibawah standard kita. Dan saat kita berada di puncak kemenangan, cobalah melihat `keatas', akan nampak banyak tantangan
yang masih belum kita raih ; dan mengobarkan semangat di dalam hati kita untuk berjuang menjadi lebih baik".
"Wah, enak ya si Ani. Baru bekerja satu tahun sudah menjadi manager. Coba lihat kita-kita ini, sudah bekerja lima tahun, eh, pangkat gak pernah naik, gaji juga naiknya dikit banget. Enggak adil deh kayaknya hidup ini", gerutu Susi kepada rekan-rekannya saat makan siang. Susi merasa kerja kerasnya selama ini tidak begitu dihargai di kantor, karena justru dalam pemilihan manager baru, rekan kantornya yang lebih yunior justru yang dipilih. Sambil memendam kekesalannya,
Susi sore itu pulang tepat pukul lima sore. Seperti biasa, Susi naik bus berdesak-desakan dengan orang lain ; dan dua jam kemudian sampailah Susi di daerah perumahan baru di ujung kota .
Sambil berjalan, di dalam hati Susi masih merasa kesal dengan kejadian di kantornya tadi siang. Tinggal jarak beberapa meter lagi dari rumahnya, Susi melihat tetangganya Sari juga baru saja pulang. Yang membuat Susi terkejut, Sari yang biasanya beberapa kali pulang satu bus dengannya, kini mengendarai mobil baru. Bukan mobil mewah memang, tapi setidaknya hal ini membuat Susi kembali `panas' ; maklum, Sari yang diketahuinya adalah pengantin baru yang mestinya belum mempunyai `cukup modal' untuk membeli mobil baru. Bahkan dari pengamatan Susi, setidaknya tingkat ekonomi keluarganya `lebih baik' daripada Sari.
Sesampainya di rumah, Susi segera mencari suaminya dan menceritakan semua kekesalannya hari itu. Dalam kekesalannya, Susi beberapa kali sempat mengatakan bahwa dunia ini tidak adil, mengapa orang yang sudah berjuang sekian lama tidak mendapatkan pahala yang pantas, sebaliknya orang yang menurutnya baru `sedikit berjuang', sudah bisa mendapatkan lebih banyak darinya. Sang suami, mendengarkan sejenak, dan kemudian berkata dengan bijak ,"Istriku, wajar sekali apa yang dikau pikirkan, terutama bila dikau merasa sudah berjuang keras
tapi tidak mendapatkan sebanyak yang diperoleh orang lain. Tapi satu hal yang perlu dicermati adalah, dikau hanya melihat dari luarnya saja.. Mungkin saja rekan kantormu baru sebentar bekerja, tapi di lain pihak bisa saja dia memberikan kontribusi lebih banyak darimu. Dan
tetangga kita ; mungkin dari sisi ekonomi dia harus bekerja lebih keras untuk membeli mobil itu, mungkin juga dengan cara mencicilnya. Dikau hanya merasa iri, merasa cemburu sesaat saja. Cobalah untuk melihat dunia ini dari berbagai sisi. Dirimu sendiri saat ini, bisa jadi merupakan suatu `idola' bagi orang lain yang merasa di bawahmu. Apa yang telah dikau capai hingga hari ini adalah hasil kerja kerasmu, dan juga atas rahmat dari Tuhan. Maka, bersyukurlah atas semua yang bisa kita nikmati hingga hari ini, dan terus berjuanglah, untuk memperoleh lebih baik di dalam hidupmu ...."
Seringkali dalam hidup ini kita melihat `rumput tetangga' lebih hijau dari kita ; baik dalam hal material, cara pikir, kepandaian, sikap, kemampuan personal, kemampuan berkomunikasi, dan
sebagainya. Ini adalah hal yang normal, karena memang kita sebagai manusia tidak pernah puas dengan segala hal yang kita miliki, dan selalu ingin lebih dan lebih setiap saat. Yang membedakan adalah, ada orang tertentu yang mengungkapkan ketidak puasannnya dengan cara yang kurang tepat, misalnya dengan menggosipkan orang lain yang lebih berhasil, mencari-cari letak kelemahan orang tersebut, atau juga bisa hanya pasrah begitu saja. Bahayanya adalah, ketidak puasan dengan jalan seperti ini tidak akan membawa manfaat apapun, malah hanya akan menimbulkan rasa dendam, iri hati dan dengki terhadap kesuksesan orang lain. Dalam jangka panjang, secara tidak langsung proses ini akan mampu mempengaruhi sikap, cara pikir dan tindakan kita menjadi lebih negatif dari sebelumnya.
Atau, kita bisa merasa tidak puas, dan mencoba mewujudkannya dengan cara yang berbeda ; misalnya daripada bermusuhan atau iri hati dengan orang yang sukses, mengapa tidak mencoba berteman dengannya ?
Bukankah mempunyai teman orang sukses, setidaknya ada satu atau dua tips yang bisa kita tiru, dan mulai kita coba lakukan di dalam hidup kita. Dari sisi yang positif, iri hati akan prestasi orang lain bisa membakar semangat di dalam hati kita agar bisa seperti mereka ; bisa membantu kita berimajinasi akan sesuatu hal yang lebih baik, yang mungkin selama ini tidak pernah kita pikirkan.
`Rumput tetangga' lebih hijau bukan karena lebih bagus, tapi karena `ditanam' dengan `cara yang tepat'. Karena itu milikilah prinsip untuk belajar `menanam' dengan baik, dengan kerja keras dan
gairah yang tinggi, agar kita pun suatu saat juga bisa mempunyai `rumput' yang tidak kalah hijau dengan `rumput' tetangga. Selamat berjuang ! Sukses untuk anda !
Lawan Kanker dengan Pola Hidup
-
Pola makannya Ria Irawan sekarang berubah setelah mengidap penyakit cancer,
setelah dibaca, pola makannya hampir sama dengan pelaku pola makan food
combini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar